Pendahuluan
Secara umum setiap anak
yang terlahir ke dunia ini mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Terutama bagi anak ABK, pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih bagi anak berkebutuhan khusus. Kali ini saya akan memaparkan hasil kuliah Anak Berkebutuhan Khusus yang lebih spesifik yaitu anak tunagrahita. Dalam istilah pendidikan anak tunagrahita (anak yang mengalami hambatan perkembangan) . Anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki penyimpangan sedemikian rupa dari anak pada
umumnya dalam segi fisik, kecerdasan, sosial, emosi atau gabungan dari kelainan
tersebut sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan
layanan pendidikan khusus.
Dewasa
ini banyak masyarakat yang belum mengerti siapa anak berkebutuhan khusus itu
khususnya anak tunagrahita, contoh kasus anak yang mengalami tunagrahita, apa
saja faktor penyebab tunagrahita, bagaimana karakteristik anak tunagrahita.Di bawah ini contoh
kasus anak yang mengalami tunagrahita
Nama : Wilona Nareswari
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tgl lahir : Yogyakarta, 30 Juli 1994
Agama : Katholik
Alamat : Pilahan KG 1/ 935 Rt 44/ RT
13, Kotagede, Yogyakarta
Hobi : Menyanyi
Kelas : 11 SMA/C1 tunagrahita
Sekolah : SLB Pembina C Tingkat
Proponsi Yogyakarta
Dari
hasil survei di SLB Pembina C Tingkat Propinsi Yogyakarta, Wilona putri pertama
dari Bapak Ir. Edi Prilmadi dan Ibu Elisabeth Titik Arianti sebelumnya pernah
bersekolah di SD Karangsari, Kotagede, Yogyakarta pada tahun 2000 kemudian
dipindahkan di SLB Pembina C Tingkat Propinsi Yogyakarta pada tanggal 17
Desember 2002 dikarenakan kurang bisa mengikuti pelajaran di Sekolah Umum. Saat
ini Wilona berumur 17 tahun dan berada di kelas 11 SMA, masuk di kelas C1 SLB
Pembina C Tingkat Propinsi Yogyakarta. Menurut pengamatan yang telah lakukan,
saat ini Wilona dapat berkomunikasi dengan baik, saat ditanya mengerti, dapat
menghafal nama teman – temannya dengan baik, mengetahui dimana Ia tinggal,
dapat bersosialisasi, dapat belajar berpergian tetapi harus tetap dengan
pengwasan. Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa
anak Tuna Grahita memang memiliki kemampuan yang sangat terbatas, namun masih
memiliki secercah harapan bahwa dia masih mungkin dilatih, dibimbing , diberi kesempatan dan
didukung agar mereka mengembangkan potensi-potensinya agar mampu membantu
dirinya sendiri dan memiliki harga diri yang sama seperti orang orang lainnya yang lebih beruntung. Intinya adalah agar anak bisa memfungsikan
potensi potensi yang masih ada dalam dirinya terutama agar dia bisa menjalani
hidup yang bermartabat.
Menurut riwayat yang saya dapatkan saat lahir, Wilona
mengalami hydrochepallus dengan
dilatasi, pada dasarnya anak lahir dengan kondisi sehat, perkembangan fisiknpun
bagus tetapi diusia 9 bulan anak mengalami ketakutan saat berlatih berjalan
istilah lain ‘rambatan’. Kemudian orangtua berkonsultasi kedokter karena dikhawatirkan
ada gangguan perkembangan tetapi dokter tidak menyarankan apapun, hanya memberi
tahu bahwa perkembangan setiap anak itu berbeda-beda. Kemudian orangtua Wilona
pindah ke dokter lain, setelah melakukan beberapa kali test darah dan CT Scan
akhirnya diusia 18 bulan baru mendapatkan obat dan Wilona divonis menderita
Hidrocephallus dengan Dilatasi. Dalam terapi motorik, Wilona dibawa ke terapis
dan tukang pijat. Untuk melihat perkembangan Wilona, orangtua selalu memantau
setiap kali melakukan terapi selama 3 bulan, jika tidak ada perkembangan Wilona
selalu dipindahkan ke tempat terapi yang lainnya. Obat dokterpun diberikan
sampai usia Wilona 6 tahun, setelah itu dihentikan karena keterbatasan keuangan
yang dialami orangtua Wilona, selanjutnya beralih ke pengobatan alternatif.
Akhirnya sampai usia Wilona 11 tahun orangtua menghentikan semua obat
alternatif dan terapi karena tidak ada perubahan perekembangan dari Wilona.
Dari hasil pemeriksaan saat dalam kandungan Wilona terinveksi
virus Rubella & Cito Megalo Virus, virus yang disebabkan oleh cacing dan
burung yang menyerang saat dilahirkan dengan pembawa virus ibu yang melahirkan,
dan dokter memvonis semua keturunan orangtua Wilona akan mengalami kecacatan.
Berbagai upaya dilakukan oleh orangtua Wilona dan selama tujuh tahun, upaya
yang dilakukan berhasil dan dapat melahirkan kedua adik Willona dengan keadaan
sehat.
Dari data yang diperoleh, Wilona telah menjalani pemeriksaan
psikologis di Biro Konsultasi, Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada pada
tanggal 10 April 2001.
Hasil
pemeriksaan menyatakan kecerdasan setara dengan anak usia 4 tahun 4 bulan (usia
6 tahun, 8 bulan) berdasar skala Binet. Kematangan sosial setara dengan anak
usia 5 tahun 10 bulan berdasarkan VSMS. Kepribadian dari hasil pemeriksaan anak
menunjukkan : 1) keterlambatan perkembangan dan membutuhkan rangsangan yang
lebih intensif. 2) mempunyai gambaran diri yang kurang positif sehingga emosi
cenderung labil.
Hasil
wawancara : rasa ingin tahu cukup baik, ada inisiatif, pengamatan (hidung dan
pendengaran) cukup baik.
Wilona
mempunyai kondisi khusus yaitu mengalami gangguan hidrocephalus/virus,
terlambat berjalan dan kemampuan motorik sedang berkembang, termasuk kemampuan
berbicara.
Dalam
kondisi sekarang ini, Wilona membutuhkan rangsangan yang tepat dan lebih intens
sehingga diharapkan Wilona dapat mengejar ketertinggalannya.
Di samping
terapi fisik, Wilona membutuhkan dukungan dan penghargaan atas kemajuan yang
dicapainnya. Saat itu hasil pemeriksaan psikologis menyarankan bahwa Wilona
sedang diawal perkembangannya, disarankan Wilona untuk tidak masuk Sekolah
Dasar terlebih dahulu dan mengejar ketertinggalannya di TK B. Menginggat
masalah pembelajaran juga sangat tergantung pada pengenalan lingkungan dan
adaptasi terhadap lingkungan, disarankan untuk tidak pindah sekolah.
Jadi dari pemaparan kasus anak
tunagrahita di atas dan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, karakteristik
anak tunagrahita. Wilona mengalami Tunagrahita sedang atau mampu latih dalam
dunia medis dikatakan imbesil, intelegensi sekitar 30-50, Kemampuan maksimal
setara dengan anak normal usia 5-9 tahun, tidak mampu menyelesaikan pendidikan
formal tingkat Sekolah Dasar, mampu dilatih ketrampilan kehidupan sehari-hari,
dapat dipekerjakan tingkat prevokasional pada tempat yang terlindung (sheltered
workshop). Diharapkan Wilona selanjutnya bisa memenuhi kebutuhannya sendiri
dengan melakukan pekerjaan yang tidak terlatih atau semi terlatih di bawah
pengawasan, tetapi akan memerlukan pengawasan ketika Wilona mengalami stress.
Dari uraian diatas bisa
disimpulkan bahwa anak Tuna Grahita memang memiliki kemampuan yang sangat
terbatas, namun masih memiliki secercah harapan bahwa dia masih mungkin dilatih, dibimbing, diberi kesempatan dan didukung
agar mereka mengembangkan potensi-potensinya agar mampu membantu dirinya
sendiri dan memiliki harga diri yang sama seperti orang orang lainnya yang lebih beruntung. Intinya adalah agar anak bisa memfungsikan
potensi potensi yang masih ada dalam dirinya terutama agar dia bisa menjalani
hidup yang bermartabat.
A. Apa itu Tunagrahita ?
Tunagrahita
termasuk dalam kelainan mental, Pada umumnya kelainan mental terdiri dari :
1. Kelainan
Mental Tinggi
a. Berbakat
Karakter anak berbakat
intelektual :
(a) Kapasitas
intelektual (IQ)
Masuk kelompok gifted (>135)
(b) Komitmen
terhadap tugas
(task comitment)
(c) Kreativitas
tinggi
Contoh : anak yang
memiliki IQ tinggi, biasanya anak ini dapat menempuh pendidikan akselerasi di
sekolah
b. Berkesulitan
belajar (spesifik learning abillity)
Anak ini sebenarnya
pintar tetap mengalami gangguan dalam belajar. Kriteria anak berkesulitan
belajar yaitu anak memiliki prestasi rendah, tidak mampu mengikuti atau
mencapai waktu yang ditentukan kurikulum, tidak mampu mengikuti pelajaran
secara konvensional, bukan disebabkan karena adanya keterbatasan fisik, mental
secara langsung, adanya kesenjangan antara potensi dan prestasi yang dicapai.
Berkesulitan belajar atau learning
disabillity biasanya lemah disalah satu bidang namun semakin lama dapat
berpengaruh terhadap bidang yang lain pula. Kapasitas intelektual besar tetapi
mengalami prestasi rendah, ketika diberi materi kapsitas otak hanya sedikit
padahal kapasitas kemampuan besar (discrepancy),
disfungsi minimal otak, proses psikologis, masalah belajar ( bukan karena
mental retarded, lingkungan, gangguan emosi)
2. Kelainan
Mental Rendah
a. Slow learnes
Dalam hal ini IQ anak
berada di bawah normal, biasanya anak ini dimasukkan dalam sekolah umum tidak
dapat mengikuti atau paling bodoh namun apabila dimasukkan dala Sekolah Luar
Biasa anak dapat mengikuti bahkan paling pintar.
b. Tunagrahita
(a) Educable (mampu
didik)
(b) Trainable
(tidak bisa dididik tetapi bisa dilatih aktivitas sehari-hari)
(c) Totally dependent
(bergantung dengan orang lain seumur hidup)
Tunagrahita
dapat disepadankan dengan istilah-istilah berikut ini :
a. Lemah
otak/lemah pikiran (feeble-minded)
b. Terbelakang
mental (mentally retarded)
c. Idiot
d. Imbecile
e. moron
f. Cacat
mental
g. Tuna
mental
h. Oligofrenia
(oligophernia)
i.
Mampu didik (educable)
j.
Mampu latih (trainable)
k. Ketergantungan
penuh (totally dependent)
l.
Mental subnormal
m. Defisit
mental
n. Defisit
kognitif
o. Defisiensi
mental (mental deficiency)
p. Gangguan
intelektual (intelectual disabillity)
q. Mentally handcaped
Tunagrahita
mempunyai arti tuna berarti merugi, grahita berarti berpikir atau pikiran. Jadi
tunagrahita merupakan seseorang yang mengalami kerugian dalam berpikir atau
keterlambatan dalam berpikir. Retardasi Mental adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata-rata disertai
dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif),
yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun, terjadi pada masa perkembangan.
Kemampuan adaptif yaitu terdapat ketidakmampuan minimal dua ketrampilan
adaptasi diantara kemampuan ketrampilan yang meliputi komunikasi, bantu diri,
kesehatan dan keselamatan diri,ketrampilan sosial, ketrampilan dalam kehidupan
dikeluarga, pengarahan diri, akademik fungsional, kemasyarakatan, penggunaan
waktu luang dan bekerja.
Orang
– orang yang secara mental mengalami keterlambatan, memiliki perkembangan
kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses
belajar serta adaptasi sosial. Sekitar 3% dari jumlah penduduk mengalami
keterbelakangan mental.
Tingkatan
anak tunagrahita :
Tingkat
|
Kisaran
IQ
|
Kemampuan
Usia Prasekolah
(sejak
lahir- usia 5 tahun)
|
Kemampuan
Usia Sekolah
(6-20
tahun)
|
Kemampuan
Usia Dewasa
(21
tahun ke atas)
|
Ringan
|
52-68
|
·
Bisa membangun kemampuan sosial
& komunikasi
·
Koordinasi otot sedikit terganggu
·
Seringkali tidak terdiagnosis
|
·
Bisa mempelajari pelajaran kelas
6 pada akhir usia belasan tahun
·
Bisa dibimbing kearah pergaulan
sosial
·
Bisa dididik
|
Biasanya
bisa mencapai kemampuan kerja dan bersosialisasi cukup, tetapi ketika
mengalami stress sosial atau ekonomimemerlukan bantuan
|
Moderat
|
36-51
|
·
Bisa berbicara dan belajar
berkomunikasi
·
Kesadaran sosial kurang
·
Koordinasi otot cukup
|
·
Bisa mempelajari kemampuan sosial
& pekerjaan
·
Bisa belajar berpergian sendiri
|
Bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yang tidak terlatih
atau semi terlatih di bawah pengawasan, memerlukan pengawasan ketika stress
|
Berat
|
20-35
|
·
Bisa mengucapkan beberapa kata
·
Mampu mempelajari pengetahuan
menolong diri sendiri
·
Tidak memiliki kemampuan
ekspresive, hanya sedikit
·
Koordinasi otot jelek
|
·
Bisa berbicara, belajar komuikasi
·
Bisa mempelajari kebiasaan hidup
sehat yang sederhana
|
·
Bisa memelihara diri sendiri
dibawah pengawasan
·
Dapat melakukan kemampuan
perlindungan diri dalam lingkungan yang terkendali
|
Sangat
berat
|
19
atau kurang
|
·
Sangat terbelakang
·
Koordinasi ototnya sedikit sekali
·
Mungkin memerlukan perawatan
khusus
|
·
Memiliki beberapa koordinasi otot
·
Kemungkinan tidak dapat berjalan
atau berbicara
|
·
Meniliki beberapa koordinasi otot
& berbicara
·
Bisa merawat diri sendiri namun
terbatas
·
Memerlukan perawatan khusus
|
Klasifikasi
anak tunagrahita :
Pendidikan
|
Sosiologi-Psikologi
|
Medis
|
Tingkat
kecerdasan (IQ)
|
Mampu
didik
(educable)
|
Ringan
Mild
(sangat ringan)
Marginally
|
Debil
|
50-70
|
Mampu
latih
(trainable)
|
Sedang
Moderate
|
Imbesil
|
35-45
|
Perlu
rawat
(totally dependent)
|
Berat-sangat
berat
Severe-profound
|
Idiot
|
20-35
<20
|
Intelektual
|
Klinik
|
Mampu
didik/ ringan/ debil
|
Macrochepalus/
hydrochepalus
(kepala
membesar)
|
Mampu
latih/sedang/ imbesil
|
Microcheplus
(kepala
sangat kecil) tulang tengkorak tidak tumbuh sehingga otak rusak
|
Perlu
rawat/ berat-sangat berat/idiot
|
Down’s
syndrome
(mongolism)
|
B. Karakteristik Anak Tunagrahita
Adapun karakteristik
Anak Tunagrahita sebagai berikut :
a. Mampu
didik
·
Intelegensi (IQ) 50-70.
·
Kemampuan intelektual setara dengan anak
normal usia 9-13 tahun.
·
Dapat menyelesaiakan pendidikan pada
tingkat Sekolah Dasar.
·
Dapat bekerja pada tingkat prevokasional.
b. Mampu
latih
·
Intelegensi (IQ) 30-50.
·
Kemampuan maksimal setara dengan anak
normal usia 5-9 tahun.
·
Tidak mampu menyelesaikan pendidikan
formal tingkat Sekolah Dasar.
·
Mampu dilatih ketrampilan kehidupan
sehari-hari.
·
Dapat dipekerjakan tingkat prevokasional
pada tempat yang terlindung. (sheltered workshop).
c. Perlu
rawat
·
Intelegensi (IQ) dibawah 30.
·
Kemampuan maksimal setara anak usia 4,5
tahun.
·
Tidak mampu dididik dan dilatih.
·
Dapat dikondisikan (pembiasaan) pada
kebersihan diri (toiletry) dan menghindarkan diri dari hal yang berbahaya.
·
Seumur hidup bergantung dengan oranga
lain.
d. Down syndrom
Intelektual
|
Fisik
|
Intelegensi
sebagian besar down;s syndrome masuk kelompok mampu latih
|
Wajah
khas seperti suku mongol, rambut lurus kaku (jegrak), bibir tebal, mata sipit
|
Dapat
dilatih ketrampilan mengurus diri
|
Proporsi
tangan lebih pendek
|
Mengalami
gangguan komunikasi yaitu berbahasa
|
Persendian
lebih lentur
Kulit
lebih kasar
|
C. Faktor – Faktor Penyebab
Tunagrahita
Beberapa faktor penyebab terjadinya
tunagrahita, sebagai berikut :
Waktu
terjadinya :
a) Prenatal
Yaitu terjadi sebelum
kelahiran (masa pregnancy).
b) Natal
& Perinatal
Saat kelahiran dan
sesaat setelah dan sebelum kelahiran, salah satu penyebabnya yaitu kondisi
pinggul yang sempit sehingga kelahiran menjadi lama.
c) Post
Natal
Terjadi setelah masa kelahiran
sampai masa tumbuh kembang anak.
Akar
penyebab :
a) Infeksi
Adanya infeksi dan
keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam
kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita, misalnya:
(a)
Rubella, disebabkan oleh cacing, penyakit ini menjangkiti
ibu pada dua belas minggu pertama usia kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaak
normalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran, penyakit
jantung bawaan, berat badan sangat rendah ketika lahir.
(b)
Torch (tokso plasma), disebabkan oleh kucing.
(c)
Cito Megalo, disebabkan oleh virus burung.
(d)
Herpes, virus herpes menyerang susunan saraf &
saraf permukaan kulit sehingga dapat merusak jaringan.
b) Heriditer
(a) Kelainan
kromosom, adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada
kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada
trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan
cicri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung
empedu yang besar . Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan
translokasi) maupun kelainan pada gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena
kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan
tunagrahita. Setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya
mirip wanita, berpayudara besar).
(b) Usia
ibu waktu hamil, akibat prematuritas dan kehamilan wanita di atas 40 tahun.
Berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari
2500 gram atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
c) Keracunan
(a) Alkohol,
menyebabkan anak mental alkohol sindrom
(b) Obat-obatan,
drugs abuses
d) Kekurangan
gizi pada masa kehamilan dan tumbuh kembang
Metabolisme
dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu terutama
perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan
metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:
(a)
Phenylketonuria
Salah satu
akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan enzym
phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan
pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.
(b) Cretinisme
Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.
Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.
e) Trauma
Kejadian
yang tak terduga mengenai bagian kepala anak, Trauma otak yang terjadi dikepala
dapat menimbulkan pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini
biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu
(tang). Selain itu cidera hipoksia (kekurangan oksigen), cidera kepala berat.
Trauma yang dialami dapat terjadi sebelum atau sesudah lahir.
Posting Komentar